Tugas Dosen
Sejarah Islam Asia Tenggara M.
Fahli Zatra Hadi
Tugas Sejarah Islam
Asia Tenggara
“Perkembangan Islam di
Myanmar”
Disusun oleh :
ATIKA AQMARINA
11443201190
YEFRI ANDIKA
11443104532
Kelompok
13
2D
Ilmu Komunikasi
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN
ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2015
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas Sejarah Islam
Asia Tenggara “Sejarah Islam Masuk Ke Myanmar ”.
Shalawat beserta salam kita hadiahkan untuk nabi Muhammad SAW yang
mana beliau telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman yang berisi
ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.
Dan tak lupa pula ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen pengajar mata kuliah Sejarah Islam
Asia Tenggara yaitu bapak Fahli
Zatra Hadi. Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kehilafan dan
kekurangannya, maka dari itu kritik dan saran demi penyempurnaan lebih lanjut
sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi
yang berminat untuk membacanya. Aamiin
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..........................................................................................
1
DAFTAR ISI........................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang....................................................................................................
3
B. Rumusan
Masalah..............................................................................................
4
C. Tujuan
Pembahasan............................................................................................
4
BAB II PEMBAHASAN
A. Kondisi
Burma ( Myammar ) Sebelum Kedatangan Islam................................5
B. Sejarah Islam Masuk Ke Myanmar....................................................................
5
C. Respon Pemerintahan Myanmar Terhadap Islam di Myanmar.........................12
D. Prilaku Mayoritas Terhadap Minoritas Islam di Myanmar...............................15
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................................18
B.
Saran..................................................................................................................18
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................
19
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam terus memutarkan roda
penyebarannya, hingga ke seluruh penjuru dunia, hal ini mencakup pula wilayah
Ras Melayu, yakni Asia Tenggara. Setelah Islam menyebar di daerah Timur Tengah
dan mengekspansi kekuasan ke wilayah-wilayah, kini giliran Asia Tenggara yang
siap disinggahi dan disebari dakwah syia’ar Islam (Badri Yatim: 2007,176). Asia
Tenggara merupakan tempat Islam baru mulai berkembang, yang merupakan daerah
rempah-rempah terkenal pada masa itu, dan Asia Tenggara mejadi wilayah
perebutan negara-negara Eropa. Asia Tenggara menjadi salah satu bagian negara
terbesar, kategorinya yakni cakupan Islam yang luas, banyak berdirinya
kerajaan-kerajaan Islam di wilayah ini menjadi tolak ukur tentang pernyataan
bahwa Asia Tenggara merupakan wilayah Islam terbesar dan terluas penyebaran
syi’ar Islamnya termasuk Negara Myanmar. Negara
Myanmar dulu dikenal sebagai Birma atau Burma. Namun, pada masa pemerintahan
junta militer yakni yang dipimpin oleh Jenderal Ne Win, secara resmi menukar
nama negara dari Burma menjadi Myanmar pada tanggal 18 Juni 1989, dan
ibukotanya dari Rangoon menjadi Yangon.
Agama Islam pertama kali tiba di Myanmar pada tahun
1055. Para saudagar Arab yang beragama Islam ini mendarat di delta Sungai
Ayeyarwady, Semenanjung Tanintharyi, dan Daerah Rakhin. Kedatangan umat Islam
ini dicatat oleh orang-orang Eropa, Cina dan Persia.Populasi umat Islam yang
ada di Myanmar saat ini terdiri dari keturunan Arab, Persia, Turki, Moor,
Pakistan dan Melayu. Selain itu, beberapa warga Myanmar juga menganut agama
Islam seperti dari etnis Rakhin dan Shan. Populasi Islam di Myanmar sempat
meningkat pada masa penjajahan Britania Raya, dikarenakan banyaknya umat Muslim
India yang bermigrasi ke Myanmar. Tapi, populasi umat Islam semakin menurun
ketika perjanjian India-Myanmar ditandatangani pada tahun 1941.
Sebagian besar Muslim di Myanmar bekerja sebagai
penjelajah, pelaut, saudagar dan tentara.Beberapa diantaranya juga bekerja
sebagai penasehat politik Kerajaan Burma. Muslim Persia menemukan Myanmar
setelah menjelajahi daerah selatan Cina. Koloni muslim Persia di Myanmar ini
tercatat di buku Chronicles of China di 860. Umat muslim asli Myanmar disebut
Pathi dan muslim Cina disebut Panthay. Konon, nama Panthay berasal dari kata Parsi.
Kemudian, komunitas muslim bertambah di daerah Pegu, Tenasserim, dan Pathein.
Tapi komunitas muslim ini mulai berkurang seiring dengan bertambahnya populasi
asli Myanmar.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah islam masuk di Myanmar?
2. Bagaimana respon pemerintah terhadap
islam di Myanmar?
3. Bagaimana sikap mayoritas terhadap
minoritas islam di Myanmar?
C.
Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah islam
masuk di Myanmar
2. Untuk mengetahui respon pemerintah
terhadap islam di Myanmar
3. Untuk mengetahui bagaimana sikap
mayoritas terhadap minoritas islam di Myanmar
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Kondisi Burma ( Myammar ) Sebelum Kedatangan Islam
Dalam
sejarah Burma tercatat bahwa negeri ini merupakan kerajaan yang telah merdeka
sejak sekitar abad 266 SM hingga tahun 1782 M sebelum berada dibawah
pemerintahan Burma. Dapat diketahui bahwa Burma memiliki sejarah yang panjang.
Sama halnya dengan negeri-negeri di Asia Tenggara pada masa pra-Islam
daerah-daerah di Asia Tenggara telah didominasi oleh agama Hindu dan Budhha,
yang dibawa oleh orang-orang India melalui jalur perdagangan. Pada masa sebelum
Islam masuk di Burma ( myammar ) telah terdapat beberapa kerajaan yang terletak
di dua daerah yakni di daerah Pagan (Bagan) dan Arakan, di kedua daerah ini
merupakan tempat dimana agama Hindu dan Budhha dapat berkembang hingga dapat
masuk ke dalam kalangan kerajaan. Telah kita ketahui bahwa agama terbesar di
Burma didominasi oleh agama Buddha. Hal ini dapat diketahui dari adanya para
pedagang dari Cina yang telah melalui daerah ini. Hal ini terlihat dari sumber
Cina, yang mana rute jalan tua melintas daratan antara Cina dan Barat, yang
menyebrangi daerah bagian Utara negeri ini. Petunjuk pertama pemakaiannya tahun
128 SM, ketika Chang Chi'en menemukan hasil negeri Cina dari Propinsi Seachuan,
di Bactria. Langkah – langkah diambil untuk menghubungkannya tetapi hanya pada
tahun 69 SM Cina menemukan perfektur Yung Ch'ang menyebrangi mekang dengan
markas besarnya di Timur Salween, kira-kira 60 mil dari perbatasan Burma sekarang.
B. Sejarah
Islam Masuk Ke Myanmar.
1. Islam
Pertama Kali di Myanmar
Agama Islam pertama kali tiba di Myanmar pada tahun
1055. Para saudagar Arab yang beragama Islam ini mendarat di delta Sungai
Ayeyarwady, Semenanjung Tanintharyi, dan Daerah Rakhin. Kedatangan umat Islam
ini dicatat oleh orang-orang Eropa, Cina dan Persia.Populasi umat Islam yang
ada di Myanmar saat ini terdiri dari keturunan Arab, Persia, Turki, Moor,
Pakistan dan Melayu. Selain itu, beberapa warga Myanmar juga menganut agama
Islam seperti dari etnis Rakhin dan Shan. Populasi Islam di Myanmar sempat
meningkat pada masa penjajahan Britania Raya, dikarenakan banyaknya umat Muslim
India yang bermigrasi ke Myanmar. Tapi, populasi umat Islam semakin menurun
ketika perjanjian India-Myanmar ditandatangani pada tahun 1941.
Sebagian besar Muslim di Myanmar bekerja sebagai
penjelajah, pelaut, saudagar dan tentara. Beberapa diantaranya juga bekerja
sebagai penasehat politik Kerajaan Burma. Muslim Persia menemukan Myanmar
setelah menjelajahi daerah selatan Cina. Koloni muslim Persia di Myanmar ini
tercatat di buku Chronicles of China di 860. Umat muslim asli Myanmar disebut
Pathi dan muslim Cina disebut Panthay. Konon, nama Panthay berasal dari kata
Parsi. Kemudian, komunitas muslim bertambah di daerah Pegu, Tenasserim, dan
Pathein. Tapi komunitas muslim ini mulai berkurang seiring dengan bertambahnya
populasi asli Myanmar. Pada abad ke-19, daerah Pathein dikuasai oleh tiga raja
muslim India.
1.
Pada zaman
Raja Bagan yaitu Narathihpate (1255-1286), pasukan muslim Tatar pimpinan Kublai
Khan dan menguasai Nga Saung Chan. Kemudian, pasukan Kublai Khan ini menyerang
daerah Kerajaan Bagan. Selama peperangan ini, Kolonel Nasrudin juga menguasai
daerah Burma.
a. Generasi
Muslim Pertama di Burma
Generasi awal Muslim yang datang ke delta Sungai
Ayeyarwady Burma, yang terletak di pantai Tanintharyi dan di Rakhine bermula
pada abad ke-9, sebelum pendirian imperium pertama Burma pada tahun 1055 oleh
Raja Anawrahta dari Bagan. Keberadaan orang-orang Islam dan da’wah Islam
pertama ini didokumentasikan oleh para petualang Arab, Persia, Eropa, dan Cina
abad ke-9. Orang-orang Islam Burma merupakan keturunan dari orang-orang Islam
yang menetap dan kemudian menikahi orang-orang dari etnis Burma setempat.
Orang-orang Islam yang tiba di Burma umumnya sebagai pedagang yang kemudian
menetap, anggota militer, tawanan perang, pengungsi, dan korban perbudakan.
Bagaimanapun juga , ada diantara mereka yang mendapat posisi terhormat sebagai
penasehat raja, pegawai kerajaan, penguasa pelabuhan, kepala daerah, dan ahli
pengobatan tradisional. Muslim Persia tiba di utara Burma yang berbatasan
dengan wilayah Cina Yunnan sebagaimana tercatat pada Chronicles of China pada
tahun 860. Orang-orang Islam Burma kadang-kadang di sebut Pathi, sebuah nama
yang dipercayai berasal dari Persia. Banyak perkampungan di utara Burma dekat
dengan Thailand tercatat sebagai penduduk Muslim, dengan jumlah orang-orang
Islam yang sering melebihi penduduk lokal Burma. Dalam sebuah catatan, Pathein
dikatakan mendiami Pathis, dan pernah dipimpin oleh Raja India Muslim pada abad
ke-13. Para pedagang Arab juga tiba di Martaban, Margue, dan ada pula perkampungan
Arab di kepulauan Meik.
Burma memiliki sejarah panjang
tentang pendudukan oleh para tawanan perang Muslim. Pada tahun 1613, Raja
Anaukpetlun menangkap Thanlyin atau Syriam. Para prajurit upahan Muslim India
di tangkap dan kemudian menetap di Myedu, Sagaing, Yamethin dan Kyaukse,
wilayah utara Shwebo. Raja Sane (Say Nay Min Gyi) membawa beberapa ribu tawanan
perang Muslim dari Sandoway dan menetap di Myedu pada tahun 1707. Tiga ribuan
Muslim dari Arakan menjadi pengungsi dibawah Raja Sane pada tahun 1698-1714.
Mereka terbagi dan bertempat tinggal di Taungoo, Yamethin, Nyaung Yan, Yin Taw,
Meiktila, Pin Tale, Tabet Swe, Bawdi, Syi Tha, Syi Puttra, Myae Du dan Depayin.
Dekrit Raja ini telah disalin dari Perpustakaan kerajaan di Amarapura pada
tahun 1801 oleh Kyauk Ta Lone Bo. Pada pertengahan abad 18, Raja Alaungpaya
menyerang Assam dan Manipur India, kemudian membawa banyak orang Islam untuk
menetap di Burma. Orang-orang Islam inilah yang kemudian berasimilasi untuk
membentuk cikal bakal Muslim Burma. Selama kekuasaan raja Bagyidaw (1819-1837),
Maha Bandula menyerang Assam dan membawa kembali 40.000 tawanan perang, kebanyakan
dari mereka adalah kaum Muslimin.
Pada umumnya masyarakat muslim di
Burma terbagi dalam tiga komunitas yang berbeda, dan masing-masing komunitas
muslim ini mempunyai hubungan yang berbeda-beda dengan mayoritas masyarakat
Budha dan pemerintah. Komunitas muslim yang terdapat di Myanmar yaitu:
1)
Muslim Burma atau Zerbadee,
merupakan komunitas yang paling lama berdiri dan berakar di wilayah Shwebo.
Diperkirakan mereka merupakan keturunan dari para mubalig yang datang dari
timur tengah dan Asia selatan serta penduduk muslim awal yang kemudian beranak
pinak dengan masyarakat Burma.
2)
Muslim India, Imigran
Keturunan India, merupakan komunitas muslim yang terbentuk seiring kolonisasi
Burma oleh Inggris.
3)
Muslim Rohingya (Rakhine) yang
bermukim di Negara bagian Arakan atau Rakhine, yang berbatasan dengan
Bangladesh.
Pada masa itu sebagian besar Muslim di Myanmar bekerja
sebagai penjelajah, pelaut, saudagar dan tentara. Beberapa diantaranya juga
bekerja sebagai penasehat politik Kerajaan Burma.
b. Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Burma
Muslim pertama yang tercatat dalam
sejarah Burma (dicatat dalam Hmannan Yazawin atau Glass Palace
Chronicle ) adalah Byat Wi selama pemerintahan Mon, seorang Raja Thaton,
sekitar tahun 1050 AD. Dia dibunuh bukan karena dia seorang Muslim, tetapi
karena raja mengkhawatirkan kekuatannya.
Shwe Byin saudara dieksekusi
Kedua anak kakak Wi Byat Byat Ta, yang dikenal sebagai
saudara Byin Shwe, adalah anak-anak dihukum mati karena mereka menolak untuk
mematuhi perintah kerja paksa raja, mungkin karena kepercayaan agama
mereka. Tetapi yakin bahwa mereka membunuh bukan karena mereka Muslim
atau karena mereka gagal untuk memberikan kontribusi terhadap pembangunan
pagoda tetapi karena raja atau orang berjalan di koridor kekuasaan di istana khawatir
tentang popularitas dan keterampilan. Ini jelas tercatat dalam Istana Kaca
Chronicle dari Raja-raja Burma bahwa mereka tidak lagi dipercaya.
Pembunuhan Yaman Kan Nga
Rahman Khan (Nga Yaman Kan) adalah muslim lain dibunuh
karena alasan politik, karena pengkhianatan kepada raja sendiri dan jelas bukan
sebagai penganiayaan agama. Selama waktu perang, pahlawan nasional terkenal
Raja Kyansittha dikirim pemburu sebagai penembak jitu untuk membunuh dia.
Pembantaian di Arakan
Lain pembunuhan massal Muslim di Arakan mungkin bukan
karena alasan religius, tapi mungkin karena hanya politik dan keserakahan.Shah
Shuja adalah putra kedua dari Kaisar Mogul Shah Jahan yang
membangun Taj Mahal yang terkenal dari India. Shah Shuja
kehilangan saudaranya dan melarikan diri dengan keluarganya dan tentara ke
Arakan. Raja Arakan Sandathudama (1652-1687 M), memungkinkan dia untuk menetap
di sana. Dia ingin membeli kapal untuk pergi ke Mekah dan bersedia membayar
dengan perak dan emas. Tetapi raja Arakan meminta putrinya dan juga menjadi
serakah karena kekayaannya Akhirnya setelah upaya gagal diduga pada
pemberontakan sultan dan semua pengikutnya tewas. Orang-orang terlihat memiliki
jenggot, simbol Islam, dipenggal kepalanya, bukan karena mereka Muslim, tetapi
karena mereka dengan mudah diidentifikasi dari orang lain dengan fitur ini.
Wanita itu dimasukkan ke dalam penjara dan membiarkan mereka mati karena
kelaparan. Oleh karena itu, pembantaian ditargetkan pada pengungsi muslim dari
India bukan karena agama mereka Islam, tetapi untuk alasan ekonomi atau
politik.
2.
Selama
pemerintahan Raja Bagan Narathihapate (1255-1286), pada masa perang pertama
orang Cina dan Burma, Muslim Tartar Kublai Khan menyerang Kerajaan Kafir dan
menduduki wilayah hingga ke Nga Saung Chan. Pada tahun 1283, Kolonel Nasruddin
dari Turki menduduki wilayah hingga ke Barnaw (Kaungsin). Orang Turki (Tarek)
disebut Mongol, Manchuria, Mahamaden atau Panthays.
Pelaut dan Pedagang Muslim
Bermula dari abad ke 7, para pedagang Arab datang dari
Madagaskar melakukan perjalanan ke Cina melalui kepulauan India Timur, berhenti
di Thaton dan Martaban. Orang laut Bago, mungkin menjadi Muslim, juga tercatat
oleh para sejarawan Arab abad ke 10. Mengikuti perjalanan ini, pelaut dan
tentara Muslim Burma dilaporkan telah melakukan perjalanan ke Melaka selama
pemerintahan Sultan Parameswara pada abad ke 15. Dari abad ke 15 hingga 17, ada
beberapa catatan dari para pelaut, pedagang, dan penduduk Muslim Burma tentang
seluruh pesisir Burma : pantai Arakan, (Rakhine), delta Ayeyarwady dan pantai
dan kepulauan Tanintharyi. Pada abad ke 17, Muslim menguasai perdagangan dan
menjadi kuat. Mereka diangkat menjadi Gubernur Mergui, Raja Muda Propinsi
Tenasserim, Penguasa Pelabuhan, Gubernur Pelabuhan dan Shahbandar (para pegawai
pelabuhan senior).
Para Tawanan Perang Muslim
Burma memiliki sejarah panjang tentang pendudukan oleh
para tawanan perang Muslim. Pada tahun 1613, Raja Anaukpetlun menangkap
Thanlyin atau Syriam. Para prajurit upahan Muslim India di tangkap dan kemudian
menetap di Myedu, Sagaing, Yamethin dan Kyaukse, wilayah utara Shwebo. Raja
Sane (Say Nay Min Gyi) membawa beberapa ribu tawanan perang Muslim dari
Sandoway dan menetap di Myedu pada tahun 1707 AD. Tiga ribuan Muslim dari
Arakan menjadi pengungsi dibawah Raja Sane pada tahun 1698-1714. Mereka terbagi
dan bertempat tinggal di Taungoo, Yamethin, Nyaung Yan, Yin Taw, Meiktila, Pin
Tale, Tabet Swe, Bawdi, Syi Tha, Syi Puttra, Myae Du dan Depayin. Dekrit Raja
ini telah disalin dari Perpustakaan kerajaan di Amarapura pada tahun 1801 oleh
Kyauk Ta Lone Bo. Pada pertengahan abad 18, Raja Alaungpaya menyerang Assam dan
Manipur India, kemudian membawa banyak orang Islam untuk menetap di Burma. Orang-orang
Islam inilah yang kemudian berasimilasi untuk membentuk cikal bakal Muslim
Burma.
3.
Selama
kekuasaan raja Bagyidaw (1819-1837), Maha Bandula menyerang Assam dan membawa
kembali 40.000 tawanan perang, kebanyakan dari mereka adalah kaum Muslimin. Proses
Islamisasi di arakan(myanmar) Islam masuk ke Myanmar khususnya wilayah Arakan
adalah pada abad ke-1 H/7 M yang dibawa oleh para pedagang Arab yang datang ke
Akyab, ibu kota Arakan. Namun Muslim di Arakan dalam proses islamisasi memakan
waktu yang lama untuk mewujudkan suatu kekuasaan, mereka baru dapat mendirikan
Negara Islam Arakan pada abad ke-8 H/14 M. Proses penyebaran Muslim dari pantai
Arakan kemudian lanjut ke selatan dan masuknya Islam ke Myanmar tidak hanya
dibawa oleh para pedagang Arab, Muslim Malaysia dan India juga mempunyai
peranan yang penting dalam penyebaran Muslim di Myanmar. Kekuasaan Islam di
Arakan berjalan lebih kurang selama 350 tahun dengan 48 orang sultan yang
memerintah silih berganti, sehingga dijajah oleh Burma pada tahun 1784 dan
penjajahan ini berlanjut dengan diambil alih oleh British pada tahun 1822. Pada
tahun 1880-an orang-orang Islam di India berbondong-bondong hijrah ke Myanmar,
sehingga jumlah Muslim semakin meningkat di Myanmar. Pada tahun 1948 British
memberikan kemerdekaan kepada Myanmar, dengan demikian Arakan daerah kekuasaan
Islam menjadi daerah kekuasaan Myanmar. Hal ini membuat Muslim tidak senang,
karena mereka diperlakukan secara kejam oleh pemerintah bahkan kewarganegaraan
mereka dinafikan.
C. Respon Pemerintahan Myanmar Terhadap
Islam di Myanmar.
Setelah Kemerdekaan Myanmar Setelah Myanmar merdeka
dari British pada tahun 1948, pemerintah Myanmar senantiasa waspada terhadap
kedudukan Muslim yang penting di ibu kota Negara. Kemudian Muslim juga banyak
yang mempunyai jabatan penting di pemerintahan disamping keterlibatan mereka
dalam urusan perniagaan yang membuat Muslim memperoleh kemewahan dari hasil
perdagangan. Hal ini telah melahirkan sentimen bagi pemerintah Myanmar dan
akhirnya terjadilah kontroversi antara Muslim dengan orang Myanmar yang
berakibat banyaknya nyawa orang-orang Islam yang menjadi korban.
Rasa sentimen yang begitu mendalam juga menyebabkan munculnya tindakan keganasan dari pemerintah Myanmar terhadap orang Muslim tanpa perikemanusiaan. Tahun 1930-an merupakan permulaan era kemelaratan dan penindasan bagi orang-orang Islam di Myanmar. Beberapa serangan kejam telah dilakukan terhadap Muslim pada tahun 1931 sampai 1938 dan serangan yang paling ganas serta kejam telah terjadi di Yangon dan Mandanay. Di perkirakan dalam peristiwa tersebut sebanyak 200 orang Muslim terbunuh akibat keganasan tentara Myanmar. Tanah-tanah Muslim dirampas, pemerintah dengan masyarakat Buddha juga menindas masyarakat Islam dengan memeras uang dan memaksa mereka memberi opeti serta memenjarakan mereka dengan sewenang-wenang. Sebagian umat Islam di usir dan tidak boleh kembali kekampung halamannya. Menjelang tahun 1971 dan tahun-tahun berikutnya, kekejaman yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar terhadap Muslim terus meningkat tajam. Pada tahun 1977 pemerintah Myanmar melancarkan Operasi Raja Min yang juga dikenal dengan Operasi Naga Min, yaitu operasi benci untuk memeriksa semua penduduk dan mengklasifikasikan mereka kepada dua kategori, yaitu penduduk Burma dan rakyat asing. Orang-orang Buddha mulai di tempatkan di daerah-daerah Muslim dan mesjid-mesjid dibakar, gedung-gedung perniagaan milik orang-orang Islam di kota Akyab juga dibakar. Orang-orang Islam diejek, dipukul dan dibunuh sewenang-wenang, wanita-wanita diperkosa serta sebagian besar dipaksa menikah dengan tentara Myanmar yang beragama Buddha. Kondisi yang lebih parah lagi pada tahun 1964 orang Muslim tidak dibenarkan lagi melaksanakan ibadah haji, walaupun pada tahun 1980 kebijakan itu dicabut tetapi perbelanjaannya sangat mahal dan terpaksa melalui berbagai prosedur yang sangat rumit.
Rasa sentimen yang begitu mendalam juga menyebabkan munculnya tindakan keganasan dari pemerintah Myanmar terhadap orang Muslim tanpa perikemanusiaan. Tahun 1930-an merupakan permulaan era kemelaratan dan penindasan bagi orang-orang Islam di Myanmar. Beberapa serangan kejam telah dilakukan terhadap Muslim pada tahun 1931 sampai 1938 dan serangan yang paling ganas serta kejam telah terjadi di Yangon dan Mandanay. Di perkirakan dalam peristiwa tersebut sebanyak 200 orang Muslim terbunuh akibat keganasan tentara Myanmar. Tanah-tanah Muslim dirampas, pemerintah dengan masyarakat Buddha juga menindas masyarakat Islam dengan memeras uang dan memaksa mereka memberi opeti serta memenjarakan mereka dengan sewenang-wenang. Sebagian umat Islam di usir dan tidak boleh kembali kekampung halamannya. Menjelang tahun 1971 dan tahun-tahun berikutnya, kekejaman yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar terhadap Muslim terus meningkat tajam. Pada tahun 1977 pemerintah Myanmar melancarkan Operasi Raja Min yang juga dikenal dengan Operasi Naga Min, yaitu operasi benci untuk memeriksa semua penduduk dan mengklasifikasikan mereka kepada dua kategori, yaitu penduduk Burma dan rakyat asing. Orang-orang Buddha mulai di tempatkan di daerah-daerah Muslim dan mesjid-mesjid dibakar, gedung-gedung perniagaan milik orang-orang Islam di kota Akyab juga dibakar. Orang-orang Islam diejek, dipukul dan dibunuh sewenang-wenang, wanita-wanita diperkosa serta sebagian besar dipaksa menikah dengan tentara Myanmar yang beragama Buddha. Kondisi yang lebih parah lagi pada tahun 1964 orang Muslim tidak dibenarkan lagi melaksanakan ibadah haji, walaupun pada tahun 1980 kebijakan itu dicabut tetapi perbelanjaannya sangat mahal dan terpaksa melalui berbagai prosedur yang sangat rumit.
Perlawanan Muslim Perlakuan pemerintah Myanmar yang
tidak baik terhadap Muslim telah membangkitkan semangat Muslim untuk melakukan
pemberontakan dan perlawanan terhadap pemerintah Myanmar. Apalagi keinginan
otonomi tidak mendapat sahutan dari pemerintah yang sangat kejam, semakin
membuat Muslim sadar karena mereka sudah diotak atik oleh pemerintah sesuai
seleranya. Puncak perlawanan Muslim terjadi pada tahun 1948 berlanjut sampai
tahun 1954 yang dikenal dengan Pemberontakan Mujahid yang dipimpin oleh Kasim.
Namun Kasim akhirnya tertangkap, tetapi perjuangan umat Islam terus berjalan
sampai tahun 1961 dalam memperjuangkan kemerdekaan dari pemerintah. Perjuangan
yang pada mulanya sempat memudar akhirnya pada dekade 1970-an dan 1980-an
kembali aktif. Semenjak itu, perlawanan umat Islam tidak henti-hentinya
terhadap pemerintah yang selalu bertindak zalim terhadap umat Islam. Kemudian
semenjak tahun 1980, Muslim dari daerah lain dipaksa keluar dari Myanmar dengan
penganiayaan yang tidak kalah pelaknya dan ribuan Muslim lari ke Thailand dan
Malaysia. Kondisi Muslim di Myanmar saat ini, mereka sangat teraniaya tidak
mendapatkan tempat yang sama dalam urusan pekerjaan. Adapun dalam bidang pendidikan,
mereka kalau sekolah di sekolah umum tidak akan mendapatkan pelajaran agama,
sedangkan kalau sekolah di sekolah agama (Islam) mereka tidak mendapatkan
kesempatan untuk bekerja di pemerintahan sebagaimana alumni pelajar umum
lainnya. Burma Beberapa Fakta Yang
Disisihkan Myanmar yang dulu dikenal dengan Burma adalah negera yang mayoritas
penduduknya beragama Budha (lebih 85 %), minoritas kristen (kurang dari 4,5 %),
Hindu (1,5%) yang sebagian besar tinggal di luar bandar. Populasi muslim
terbesar adalah Rohingya (sekitar 3,5 juta orang). Penduduk muslim sebagian
besar tinggal di Rakhine (dulu Arakan) yang berbatasan dengan Bangladesh. Sejak
puluhan tahun dahulu, ratusan ribu kaum Muslimin Rohingya melarikan diri ke
Bangladesh disebabkan kekejaman pemerintahan Burma dan penganut Buddha terhadap
mereka. Selain Bangladesh, mereka juga melarikan diri ke Pakistan, Arab saudi,
UAE, Thailand dan Malaysia untuk berlindung dan sebahagian besar dari mereka
masih berstatus pelarian hingga kini. Penolakan Bangladesh dan negara muslim
lainnya termasuk Malaysia membuat kaum muslim Rohingya dipaksa kembali ke
Birma. Nasib mereka bertambah menderita, setelah tahun 1982 pemerintah junta
Burma meloloskan satu undang-undang yang dinamakan “Burma Citizenship Law of
1982”. Undang-undang ini bersifat sentimen keagamaan dan penuh diskriminasi.
Muslim Rohingya tidak diakui sebagai warganegara, malah diberi julukan
‘pendatang’ di tanah air mereka sendiri. Setelah itu, keseluruhan hak mereka
dinafikan dan kaum Muslimin ditangkap secara besar-besaran, dipukul, disiksa
dan dijadikan buruh paksa. Kaum muslimah Rohingya pun dilecehkan beramai-ramai
dengan cara yang ganas. Pada tahun 2003, buku-buku dan pita-pita rakaman yang
menghina Islam dan kaum Muslimin bisa didapati dengan mudah di seluruh Burma,
malah ada yang dibagi-bagikan secara gratis. Pemerintah Burma percaya dapat
menguasai Arakan selamanya jika Arakan berhasil diubah menjadi negeri Buddha
sepenuhnya. Hasilnya, rakyat Burma dan penganut Buddha di Arakan khususnya yang
telah diracun pemikiran mereka ini terus-terusan berusaha menghapuskan Islam
dan kaum Muslimin Arakan. Pada tahun 2004, Muslim Rohingya telah dipaksa untuk
mengamalkan ajaran Buddha dan dipaksa ikut upacara Buddha . Mereka dipaksa
menyumbang uang di dalam setiap acara Buddha yang sering dilakukan. Kawasan
ibadat kaum Muslimin juga sering dicemari dengan dijadikan tempat mengubur
mayat penganut Buddha. Sementara kaum Muslimin dipaksa membayar biaya
penguburan mayat saudara mereka yang meninggal. Arakan Utara dijadikan zone
tentara dengan pelbagai kezaliman yang mereka lakukan atas kaum Muslimin.
Muslim dieksploitasi menjadi buruh paksa untuk membangun asrama tentara, jalan,
jambatan, tambak, pagoda, gudang, kolam dan sebagainya tanpa bayaran apa-apa.
Kaum wanita pula mengalami ketakutan dengan peristiwa pemerkosaan yang sering
terjadi di kawasan tersebut, baik oleh tentera atau pihak kontraktor yang ada. Demikianlah
sebahagian dari penderitaan saudara-saudara kita di Myanmar yang tidak mendapat
perhatian dan tidak terbela. Masyarakat dunia hanya cendrung hanya hirau
terhadap kekejaman yang dilakukan terhadap pengunjuk rasa dari pendeta Budha.
Begitu juga dengan para pemimpin kaum Muslimin yang nampaknya sangat bersimpati
dan menunjukkan sokongan terhadap perjuangan demokrasi rakyat Myanmar, namun
mereka tidak memperhatikan penderitaan dan kesengsaraan saudara seagama mereka
yang semakin hari semakin mengerikan. Para pemimpin kaum Muslimin berusaha
menyuarakan sokongan dan menuntut pembebasan seorang pemimpin demokrasi (Aung
San Suu Kyi) yang dikenakan tahanan rumah. Namun mereka diam seribu bahasa
terhadap ratusan ribu saudara-saudara mereka yang dibunuh dan yang sedang tersiksa
dipenjara-penjara Myanmar.
D. Prilaku
Mayoritas Terhadap Minoritas Islam di Myanmar
Jumlah umat muslim di Myanmar hanya sekitar 15% dari
penduduk negri yang berjumlah 7 juta jiwa. Setengah dari jumlah muslim Myanmar
tersebut berasal dari Arakan, suatu provinsi di barat laut Myanmar. Di sebelah
utara, wilayah Arakan mempunyai perbatasan dengan Bangladesh sepanjang 170nkm,
di sebelah barat, berbatasan dengan pantai sepanjang 360 km, di sebelah timur
di batasi gunung-gunung yang memisahkan dengan wilayah Myanmar lainnya.
Seringkali penduduk mayoritas di Myanmar melakukam
diskriminasi terhadap orang islam yang minoritas ada di Myanmar. Konnflik yang
terjadi biasanya di sebabkan oleh adanya intregritas dan identitas asli yang
terganggu eksistensinya. Persoalan yang menimpa kelompok minoriatas muslim di
Myanmar merupakan akumulasi dari banyak persoalan. Dari analisis Gurr, bahwa
persoalan ketidak adilan ekonomi, lemahnya akses terhadap politik, pembagian
pendapat yang tidak seimbang maupun persoalan untuk mendapatkan identitas dari
pembentukan identitas baru, merupakan perlakuan umum yang diterima oleh kebanyakan
kelompok minoritas (Robert Gurr, 1993: 38-40)
Begitu juga dengan sikap pemerintah
di Myanmar terhadap minoritas umat muslim disana, pemerintah melakukan pungutan
atau kerja paksa untuk membangun pagoda, menjadi portir militer sukarela,menjaga
pagoda atau menyewa orang dengan biaya tinggi sedangkan mesjid dan sekolah
Islam di relokasikan ke perkampungan muslim, membangun jalan raya untuk
kepentingan ziarah Budha, kekerasan fisik yang bahkan mengakibatkan kematian,
hambatan berorganisasi, penyerobotan tanah dan harta secara paksa, di persulit
untuk pengurusan paspor dan visa untuk menunaikan ibadah haji, penyensoran
terminologi dalam Al-Qur’an dan pembunuh. Perlakuan pemerintah pusat yang tidak
adil di bidang sosial, budaya, politik, dan ekonomi bisa mendorong mereka untuk
memberontak. Di wilayah Arakan utara yang mayoritas muslim pemerintah pusat
menekankan suatu aturan baru yang menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat
Rohingya, yang berkaitan dengan ekonomi. Aturan baru itu menyebutkan bahwapetani,
buruh, pemotong kayu dan bambu, serta pekerja agribisnis, harus menjual produk
mereka kepada agen yang telah di tentukan oleh pemerintahdalam harga yang sudah
di tentukan. Mereka dilarang menjual produknya kepada orang lain. untuk
memperoleh fasilitas ini, para agen banyak mengeluarkan uang yang diserakhkan
kepada pemerintah.
Hambatan ekonomi sengaja diciptakan
oleh penguasa agar masyarakat Arakan tidak mempunyai kekuatan untuk melawan
pemerintah pusat. Walaupun demikian mereka masih mengharapkan adanya suatu
perubahan. Tetapi sayangnya dalam kenyataannya masyarakat Arakan di perlakukan
secara tiadak adil oleh pemerintah Myanmar. Dibawah UU Myanmar tahun1982
tentang warga negara, masyarakat Rohingya dikurangi hak kewarganegaraannya
danmereka menjadi stateless. Padahal
status warganegara itu penting bagi penduduk Myanmar, karena dengan status
tersebut mereka berhak memperoleh hak berbagai kemuadahan sosial, pendidikan,
dan kesehatan. Kondisi tersebut di perparah dengan kewajiban berbagai macam
pajak, seperti pajak padi dihitung dari persentase luas tanah yang dimiliki
oleh petani , bukan dari hasil panen, dan hasil panen diwajibkan di jual kepada
pihak pemerintah dengan harga yang ditentukan. Perhitungan tersebut tentunya
merugikan Rohingya yang sebagian besar mereka mempunyai tanah pertanian yang
tidak subur.
Disamping itu mereka juga di
bebankan pajak tinggi apabila mempunyai atap rumah seng, dan apabila mereka
tidak menuruti pemerintah diancam hukuman berat bila tidak mau memenuhi aturan
pajak yang berlaku. Sedangkan warga non-muslim yang ada disana tidak di kenakan
pajak dan peraturan yang demikian. Tampaknya ada konspirasi terhadap para
muslim agar mereka kelaparan dan lari meninggalkan rumahnya. Hal ini
berhubungan dengan adanya rencana meningkatkan pemukiman Budhaagar terjadi
perubahan demografi yang akhirnya perkembangan penduduk Rohingya terhenti.
Disisi lain penguasa militer melarang keras kepada orang muslim yang ingin
merenovasi , memperbaiki dan memelihara masjidyang telah ada, sekolah-sekolah
agama dan peninggalan sejarah islam lainnya. Secara rutin penguasa militer
menyita kekayaan, harta dan makanan menggunakan cara berlebihan untuk
memperoleh apa yang di inginkann. Kebanyakan Rohingya adalah buruh kasar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama Islam pertama kali tiba di Myanmar pada tahun 1055. Pembawanya yaitu Para saudagar dari Arab yang beragama Islam, dan mereka ini mendarat di delta Sungai Ayeyarwady, Semenanjung Tanintharyi, dan Daerah Rakhin. Kedatangan umat Islam ini dicatat oleh orang-orang Eropa, Cina dan Persia.Populasi umat Islam yang ada di Myanmar saat ini terdiri dari keturunan Arab, Persia, Turki, Moor, Pakistan dan Melayu. Selain itu, beberapa warga Myanmar juga menganut agama Islam seperti dari etnis Rakhin dan Shan. Dan pada saat sekarang ini keadaan umat islam di Myanmar sangat memprihatinkan, karena respon pemerintah Myanmar yang mengecewakan umat islam yang ada di Myanmar tersebut. Para pemimpin kaum Muslimin berusaha menyuarakan sokongan dan menuntut pembebasan seorang pemimpin demokrasi (Aung San Suu Kyi) yang dikenakan tahanan rumah. Namun mereka diam seribu bahasa atas penderitaan saudara-saudara kita yang yang dibunuh dan di penjara di Myanmar tersebut.
Agama Islam pertama kali tiba di Myanmar pada tahun 1055. Pembawanya yaitu Para saudagar dari Arab yang beragama Islam, dan mereka ini mendarat di delta Sungai Ayeyarwady, Semenanjung Tanintharyi, dan Daerah Rakhin. Kedatangan umat Islam ini dicatat oleh orang-orang Eropa, Cina dan Persia.Populasi umat Islam yang ada di Myanmar saat ini terdiri dari keturunan Arab, Persia, Turki, Moor, Pakistan dan Melayu. Selain itu, beberapa warga Myanmar juga menganut agama Islam seperti dari etnis Rakhin dan Shan. Dan pada saat sekarang ini keadaan umat islam di Myanmar sangat memprihatinkan, karena respon pemerintah Myanmar yang mengecewakan umat islam yang ada di Myanmar tersebut. Para pemimpin kaum Muslimin berusaha menyuarakan sokongan dan menuntut pembebasan seorang pemimpin demokrasi (Aung San Suu Kyi) yang dikenakan tahanan rumah. Namun mereka diam seribu bahasa atas penderitaan saudara-saudara kita yang yang dibunuh dan di penjara di Myanmar tersebut.
B. Saran
Betapa teraniayanya saudara-saudara kita yang berada di Myanmar sana, pemimpin nya pun tak mempedulikan nasib mereka yang teraniaya dan dibunuh. Karena demi demokrasi pemimpinnya tidak mempunyai belaskasian lagi terhadap saudara-saudara seagamanya. Oleh karena itu kita sebagai umat islam, marilah mempertahankan dan menegakkan agama islam yang sesungguhnya, agar allah SWT selalu memberikan pertolongannya terhadap kita semua dalam menjalankan agam kita. Dan juga kita mendo’akan agar saudara-saudara kita yang ada di Myanmar sana selalu mendapat pertolongan dari allah SWT.
Betapa teraniayanya saudara-saudara kita yang berada di Myanmar sana, pemimpin nya pun tak mempedulikan nasib mereka yang teraniaya dan dibunuh. Karena demi demokrasi pemimpinnya tidak mempunyai belaskasian lagi terhadap saudara-saudara seagamanya. Oleh karena itu kita sebagai umat islam, marilah mempertahankan dan menegakkan agama islam yang sesungguhnya, agar allah SWT selalu memberikan pertolongannya terhadap kita semua dalam menjalankan agam kita. Dan juga kita mendo’akan agar saudara-saudara kita yang ada di Myanmar sana selalu mendapat pertolongan dari allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Suhaimi.2007 Sejarah
Islam Asia Tenggara Pekanbaru : Cv.
Witra Lestari
http://kota-islam.blogspot.com/2014/02/sejarah-masuk-islam-di-myanmar.html
http://micankom.blogspot.com/2011/01/sejarah-islam-masuk-ke-myanmar.html
0 komentar:
Posting Komentar