Tugas Kelompok Dosen
SIAT M.
Fahli Zatrahadi, M.Pd
PERKEMBANGAN
ISLAM DI THAILAND
Disusun Oleh: Kelompok 7
Heni Hartini
Muhammad Agmal
Nur’aida
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam
Negri Sultan Syarif Kasim
Riau
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapakan atas kehadiran allah swt karena berkat
ridhanya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Perkembangan
Islam di Thailand tepat pada waktu nya, semoga makalah ini dapat memberikan
pengetahuan dan menambaha wawasan bagi para pembaca
Dalam penulisan ini kami menyadari bahwa hasilnya masih jauh dari
kesempurnaan maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang
Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi para pembaca serta dapat
lebih menambah pengetahuan dan wawasan pembaca tentang “ Perkembangan Islam
di Thailand“.
Pekanbaru, Maret 2015
penulis
DARTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I :
Pendahuluan ............................................................................................................. 1
A.
Latar Belakang....................................................................................... 1
BAB II :
Pembahasan..................................................................................................... 2
A.
Sejarah
masuknya islam di Thailand................................................... 2
B.
Perkembangan islam di Thailand......................................................... 2
C.
Kesadaranumat
islam............................................................................ 3
D.
Integrasi
untuk konsolidasi.................................................................... 3
E.
Tingkah laku negatif.............................................................................. 3
F.
Identitas psikologi dan sosiologi............................................................ 4
G.
Sekilas tentang negara Thailand............................................................ 5
H.
Perkembangan kontenporer minoritas muslim
Thailand................... 6
BAB III :
Penutup........................................................................................................... 9
A.
Kesimpulan............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
Asia
Tenggara adalah tempat tingal bagi penduduk muslim di dunia. Islam
merupakan agama mayorias di Indonesia , Malaysia dan Brunai, dan minoritas
Muslim bias di temukan di Burma( Myanmar), Singapura, Fhiliphina, dan Thailand.
Secarah geografis goegrafis kawasan asia tenggara merupakan tempat yang unik
dan menarik bagi perkembangan agama-agama dunia, sehingga hamper seluruh agama
terutama agama besar pernah singgah dan mendapat penggaruh di beberapa tempat
di kawasan ini, termasuk agama islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Masuknya
Islam di Thailand
Umat Islam memiliki sejarah yang
panjang dalam kerajaan thailand. Hubungan mereka dengan masyarakat Thailand
serta peran mereka dalam negara dapat ditelusuri kezaman kerajaan ayyuthaya.
Kedatangan Islam di negeri muangthai telah terasa pada masa kerajaan sukhathai
di abad ke-13, yang merupakan buah dari hubungan dagang yang dibangun oleh para
saudagar muslim. Hal ini bermula pada dua orang bersaudara dari Persia, yaitu
Syeikh Ahmad dan Muhammad Syaid yang juga disebut Khaek Chao Sen (suatu cabang
mazhab syiah), menetap di kerajaan tersebut yang terus melakukan perdagangan
sekaligus menyebarkan agama Islam. Sebelum berdirinya kerajaan Ayyuthaya
sebagai pengganti kerajaan Shukhotai setelah yang terakhir ini runtih pada abad
ke-14, Islam telah memiliki kekuatan politik yang sangat besar. Perdagangan
merupakan perintis proses islamisasi dan perkembangan politik kerajaan-kerajaan
maritim diwilayah kepulauan di abad ke-15, 16 dan 17. Perdagangan juga pulalah
yang merupakan faktor dominan yang mendekatkan Islam dengan kerajaan Ayuthaya.
B.
Perkembangan Islam di Thailand
Dakwah islam senantiasa di seluruh penjuru dunia. Islam
adalah agama yang tidak mengenal batas dan sekat-sekat nasionalisme. Pun di
sebuah negeri yang mayoritas penduduknya bukanlah pemeluk agama islam,
Thailand.
Thailand dikenal sebagai negara yang pandai menjual potensi
pariwisata sekaligus sebagai salah satau negara agraris yang cukup maju di Asia
Tenggara. Mayoritas penduduk Thailand adalah bangsa Siam, Tionghoa dan sebagian
kecil bangsa Melayu. Jumlah kaum muslimih di Thailand memang tidak lebih dari 10%
dari total 65 juta penduduk, namun islam menjadi agama mayoritas kedua setelah
Budha. Penduduk muslim Thailand sebagian besar berdomisili di bagian selatan
Thailand, seperti di propinsi Pha Nga, Songkhla, Narathiwat dan sekitarnya yang
dalam sejarahnya adalah bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani. Kultur melayu
sangat terasa di daerah selatan Thailand, khususnya daerah teluk Andaman dan
beberapa daerah yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Bahkan beberapa nama
daerag berasal dari bahasa Melayu, seperti Phuket yang berasal dari kata bukit
dan Trang yang berasal dari kata terang.
Islam masuk ke Thailand sejak pertengahan abad ke-19. Proses
masuknya islam di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakuisi kerajaan
Pattani Raya (atau lebih dikenal oleh penduduk muslim Thai sebagai Pattani
Darussalam). Pattani berasal dari kata Al Fattani yang berarti
kebijaksanaan atau cerdik karena di tempat itulah banyak lahir ulama dan
cendekiawan muslim terkenal. Berbagai golongan masyarakat dari tanah Jawa banyak
pula yang menjadi pengajar Al Qur’an dan kitab-kitab islam berbahasa Arab
Jawi. Beberapa kitab Arab Jawi sampai saat ini masih diajarkan di beberapa
sekolah muslim dan pesantren di Thailand Selatan.
Perkembangan islam di Thailand semakin pesat
saat beberapa pekerja muslim dari Malaysia dan Indonesia masuk ke Thailand pada
akhir abad ke-19. Saat itu mereka membantu kerajaan Thailand membangun
beberapa kanal dan system perairan di Krung Theyp Mahanakhon (sekarang dikenal
sebagai Propinsi Bangkok). Beberapa keluarga muslim bahkan mampu
menggalang dana dan mendirikan masjid sebagai saran ibadah, sebuah
masjid yang didirikan pada tahun 1949 oleh warga Indonesia dan komunitas
muslim asli Thailand. Tanah wakaf masjid ini adalah milik Almarhum Hjai Saleh,
seorang warga Indonesia yang bekerja di Bangkok.
Masjid Jawa adalah masjid lain yang juga didirikan oleh
komunitas warga muslim Indonesia di Thailand. Sesuai dengan namanya, pendiri
masjid ini adalah warga Indonesia suku Jawa yang bekerja di Thailand.
Namun demikian, anak cucu para pendiri masjid ini berbicara dalam bahasa
Thai dan Inggris saat menceritakan asal muasal berdirinya Masjid Jawa
ini. Masjid Indonesia dan Masjid Jawa hanyalah sebagian dari lima puluhan
masjid lain yang tersebar di seluruh penjuru Bangkok.
C.
Kesadaran Umat Islam
Essay ini memuji beberapa factor – etnik, social, sejarah,
agama dan lain-lain yang sekarang ini menandai Muslim Pilipina dan Thailand
sebagai orang yang terpisah, yang pantas ditolong dan perlu bantuan
khusus di Negara tersebut. Meskipun mereka dipisahkan oleh lebih dari 2012 km
darta dan laut, dan penduduknya beberapa bangsa, namun situasi orang
Muslim Thailan dangat mirip bahwa keduanya cocok dan mengandung
pelajaran.
D.
Integrasi Untuk Konsolidasi
Penyatuan secara politik daerah Muslim ke dalam Thailand
adalah hasil akhir perjuangan. Di permulaan seperempat akhir abad ke enam belas
orang spanyol bertempur di Perang moro selam tiga ratus tahun sebelum
kesultanan islam di Mindanao dan sulu enggan mengakui kedaulatan
orang spanyol. Dan di dua decade pertama abdini, orang Amerika dengan spanyol
mengharuskan untuk membantu beberapa biaya untuk kampanye militer untuk
memenangkan muslim Pilipina. Kekuatan spanyol dan amerika digunakan dalam
penaklukan Muslim yang diawali oleh Kristen Pilipina dan pada tahun 1920
pemerintah efektif didaerah Muslim filipinization kebijaksanaan mencari
pemerintah sendiri bangsa persemakmuran (1935) dan akhirnya republic
(1946).
Orang Siam berusaha untuk menaklukan bangsa Melayu bagian
utara penezuela di akhir abad ke 13 masa pemerintah raja Ramakhamhaeng
sukhothai tapi itu tidak sampai abad ke 19, setelah banyak pertumpahan darah
dan tipu daya. Thailan (yang kemudian disebut dengan siam) menjadi orang yang
berdaulat didaerah itu. Dengan kebaikan Anglo-Siamese tahun 1904 dan 1909, dia
diharuskan untuk menyerahkan hak kekuasaan Raja di empat Negara Melayu yang
mana kemudian bergabung ke dalam Inggris Melayu, tapi diberikan secara diam-diam
pengakuan Otoritasnya atas tetritorial dan perbatasan Melayu bagian Utara.
Sebagian Thailan Tenggara sudah lama di eksploitasi untuk
timah, meskipun Muslim pedesaan kebanyakan petani dan pelaut. Di abad dua
puluh, daerah ini menghasilkan karet dan kelapa. Sebagian untuk tujuan
pengembangan perkebunan dan hasil bumi dan sebagian untuk memperkenalkan
pencampuran etnik ke dalam predominan Melayu Tenggara, pemerintah Thailan
mensponsori, sejak perang duani ke II, transmigrasi ribuan non Muslim
Thailan takut pada suatu hari nanti mereka akan dipisah-pisahkan di tanah
mereka sendiri oleh non Muslim dan itu adalah rencana nyata pemerintah.
Motive orang Thailan pada integrasi culcutal minoritas orang
mereka termasuk Muslim agak kompleks. Sebenarnya motif utama adalah
keinginan alami untuk menempa kesatuan bangsa untuk melawan
kekuatan sentrifugal kedaerahan dan kesukuan. Sebagian tambahan ada
ketidak jelasan misi sivilisatris pada sebagian mayoritas Kristen dan Budha
dengan non Kristen d an non Budha di Negara ini. Tidaka ada pertanyaan orang
minoritas, kecuali, Cina, biasanya di pandang oleh orang mayoritas sebagai
orang yang terbelakang dan tidak maju. Muslim menemukan implikasi kebijaksanaan
integrasi dan program menyakitkan hati.
Di Thailan muslim sebagai minoritas mendemontrasikan diri
mereka bertekad dan secara terorganisir untuk menantang. Karena itu
tekanan besar dilakukan pada mereka. Tekanan ini dilakukan jauh lebih
terkendali di Pilipina dari pada di Thailan, Pilipina adalah Negara demokrasi
sekuler yang menjalankan prinsip pemisahan gereja dan Negara serta
kebebasan beragama. Jadi, pemerintah merespon komplen tetang aspek
integrasi yang ditimbulkan oleh umat muslim yang didasarkan oleh agama.
Komisi integrasi nasional berdiri tahun 1957, adalah agensi pemerintah
yang bertanggung jawab pada penerimaan dan penafsiran semua komplen. Kegiatan
integrasi pemerintah.
E.
Tingkah Laku Negatif
Di pilipinan dan Thailan minoritas popular dengan sebutan
Moros dan Khaek. Kedua istilah ini memiliki konotasi merendahkan dan
mensimbolkan ketidak nyamanan posisi umat muslim berhadapakan dengan mayoritas.
Muslim Pilipinan pertama di panggil Moros oleh orang Spanyol di abad enam
belas. Setelah orang islam Afrika Utara Muuritanians (Moors) dibawah kepemimpinan
Aab menaklukan dan mengatur spanyol selama delapan abad. Namannya tetap
lengket, tapi beberapa abad kemudian nama itu berubaha menjadi muslim
Pilipinan yang keras melawan penjajah dan Filipinization. Makna popular
moro mengandung arti orang yang tidak perduli, khianat, kekerasan, poligami,
budak, bajak laut dan lain-lain. Di tahun 1950 muncul reaksi pada makna
negative ini banyak muslim mulai memaksa dipanggil muslim atau muslim
pilipinan. Mereka mulai sensitive di panggil moros. Non muslim mulai berhati-hati
menggunakan istilah ini sekurang-kurangnya didepan orang muslim.
F.
Identitas Psikologi
dan Sosial Politik
Muslim
thailan tidak mempunyai orang yang pintar mengenai ilmu agama, philosofi,
dan formulasi resmi islam dan mereka mungkin bingung dengan tahayul
pre-islam dan adat yang sangat penting dalam islam, tapi kebanyakan dari
mereka. Mereka sadar sebagai sebuah komuniti dan akhirnya secara ideal
mengatur semua aspek kehidupan mereka. Yang pling penting tidak ada pertanyaan
tentang watak psikologi orang umum menjadi muslim dengan analisa
terakhir, kriteria yang kuat (meskipun dalam hokum islam) oleh
tingkatan ke islaman bias dinilai. Dalam waktu yang sama antara muslim
pilipinan dan thailan ada beberapa yang tekun mempelajari islam dan dari
orang-orang ini muncul yang dikenal dengan ulama yaitu pemimpin
keagamaan yang berkualitas untuk menyerukan agama.
G.
Sekilas
Tentang negara Thailand
Asal mula thailandd secara tradisional
dikaitkan dengan sebuah kerajaan yang berumur pendek , yaitu kerjaan sukhotai
yang didirikan pada tahun 1238 . kerjaan ini kemudian diteruskan kerajaan ayut
haya yang dirikan pada pertengahan abat ke empat belas 14 dan mempuyai wilayah
kekuasan yang lebih besar di bandingkan sukhotai. Kebudayan Thailand di pengaruhi
kuat oleh tiongkok dan india.hubungn dengan beberapa negara besar eropa dimulai
pada abat 16 . meski mengalami tekanan yang kuat , Thailand tetap bertahan
sebagai satu2 nya negara yang tak pernah dijajah oleh negara eropa. Namun
demikian , pengaruh barat , termasuk ancaman kekerasan mengakibat kan berbagai
perubahan pada abat 19 dan di berikan nya pada banyak kelonggaran bagi pedagang
beritania. Sebuah revolusi tak berdarah pada tahun 1932 menyebabkan perubahan
bentuk negara menjadi monarki konstitusi nasional. Negara yang semula dikenal
dengan nama siam ini ,mengganti nama nya menjadi Thailand pda tahun 1939 dan
seterusnya, setelah pernah sekali mengganti kembali kenama lama nya pasca
perang duni ke 2.
Negara Thailand mengambil bentuk monarki
konstitusional dengan system demokrasi parlementer , simana kekuasaan dan
pewenang raja bersifat terbatas.
H.
Perkembangan kontenporer minoritas muslim
Thailand
Dalam beberapa tahun terakhir ,hubngan antar
pihak kerajaan thai dengan masyarakat melayu – muslim tampak membaik. Dan yang
tak kalah penting nya bagi melayu muslim adalah bahwa sejak tahu 1990an mereka
memulai mendapat kebebasan dalam menjalan kan syariat islam. Namun , keinginan
untuk memberlaukan hukam islam diwilayah merka tetap terus mereka perjuangkan.
Konflix
di thailan selatan sangat kental dengan nilai nilai agama .mereka melihat
konflik ini ada pertarungan antara muslim melayu dengan buddies thai.
Dengan
demikian dapat disimpulkan , tumbuhnya sikap anti pemerintah pusat yang
dilakukan oleh muslim di slatan Thailand
diakibat kan banyak hal. Akibatnya , masyarakat muslim yang mendapat
tekanan politis dan keaamanan ari pemerintah tidak bias berbuat banayak sebagian dar mereka secara diam diam
mendukung gerakan anti pemerintah .
BAB III
PENUTUP
Islamisasi dalam masyarakat Asia
Tenggara, seperti juga yang di alami oleh orang-orang di tempat lain, tidak
pernah berlangsung secara sekaligus, monolitik atau absolute, tetapi
berlangsung secara bertahap, evolusioner, tidak merata dan merupakan suatu proses
yang berjalan secara terus-menerus bahkan sampai sekarang, dimana islam telah
menjadi bagian yang hampir tak bisa dipisahkan dari adat, budaya dan jiwa
muslim Asia Tenggara.
Di Negara-negara minoritas Muslim,
perkembangan islam relatif terhambat disbanding di Negara-negara mayoritas
Muslim. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari kebijakan pemerintah yang
relatif tidak mendukung. Minoritas
Muslim yang hidup di Thailand misalnya, menghadapi masalah yang sama dengan bangsa
Moro di Filipina. Problem yang di hadapi kaum Muslim Thailand dan Filipina
adalah problem kelompok minoritas yang harus hidup berdampingan secara damai
dengan non-Muslim dalam negara yang sama. Mereka berada dalam dilema bagaimana
melakukan rekonsiliasi antara keyakinan islam fundamental mereka dengan
perlunya menjadi warga negara yang baik di negara-negara yang didominasi
non-Muslim.
DAFTAR PUSTAKA
Ambary, Hasan Muarif, Ensiklopedi Islam, jilid 5, PT Ichtiar
Baru Van Hoeve, Jakarta, 1993.
Gowing, Peter G., Moros and Khaek; The Position of Muslim
Minorities in the Philippines and Thailand, dalam Islam di Asia Tenggara,
perkembangan kontemporer, LP3ES, Jakarta, 1990.
McCarge, Duncan, The Internasional Media and the Domestic Political
Coverage of the Thai Press, Modern Asian Studies, Vol. 33, part,.3(July
1997).
0 komentar:
Posting Komentar